KKN SISDAMAS 2017

Pengertian KKN Sisdamas (KKN Berbasis Pemberdayaan Masyarakat)

KKN Sisdamas adalah kegiatan pembelajaran yang memadukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di suatu daerah tertentu yang dilakukan oleh mahasiswa untuk turut melakukan pemberdayaan masyarakat dengan prinsip pembangunan partisipatif, demokratis dan berkelanjutan berlandaskan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Guna mewujudkan keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan KKN ini, diperlukan berbagai langkah atau metode pemberdayaan. Siklus pemberdayaan masyarakat merupakan tahapan yang penting dilalui oleh mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan (DPL), yaitu:

1. Soswal & RW (Sosialisasi Awal & Rembug Warga)

Adalah pengenalan KKN Sisdamas yang  merupakan upaya penanggulangan masalah-masalah sosial oleh mahasiswa dalam bentuk advokasi dengan harapan masyarakat dapat memahami dan melakukan penanggulangan masalah sosial di daerahnya. Oleh karena itu Soswal dan RW merupakan proses awal dari pengejawantahan pembangunan partisipatif, karena masyarakatlah yang berhak untuk menentukan apakah mereka akan melakukan upaya penanggulangan masalah sosialnya sendiri.

Apabila masyarakat memutuskan untuk menerima KKN Sisdamas, maka secara otomatis masyarakat harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan upaya penanggulangan masalah sosial dengan koridor yang sudah dikembangkan oleh KKN Sisdamas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran dalam daur penanggulangan masalah sosial secara partisipatif yang diejawantahkan dalam tahapan siklus-siklus selanjutnya.

Komitmen yang disepakati oleh masyarakat berimplikasi kepada beberapa konsekuensi yang harus dijalankan oleh mereka seperti: mengikuti pertemuan-pertemuan untuk melaksanakan setiap proses tahapan siklus, adanya motor penggerak yang bekerja dengan sukarela, kesediaan untuk bekerjasama dari berbagai pihak (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda aparat pemerintah setempat, dll), menyediakan dana swadaya untuk berbagai pertemuan dan pelatihan, dan sebagainya. Dengan mengetahui segala konsekuensi yang harus dihadapi diharapkan masyarakat betul-betul siap untuk menerima intervensi KKN Sisdamas bukan karena ’iming-iming’ bantuan dana akan tetapi karena benar-benar mempunyai kehendak untuk melakukan upaya penanggulangan masalah sosial secara bersama-sama.

2. Refso (Refleksi Sosial)

Refleksi Sosial dapat dilakukan secara paralel dengan Sosialisasi awal dan rembug warga yang dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah social. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai ’objek’ pembanguunan, acapkali masyarakat tidak diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya (masalah dirumuskan oleh’Orang Luar’). Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak ’Orang Luar’ atau karena tergiur dengan ’iming-iming’ bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar-benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka.

Dalam pelaksanaannya, ada 2 hal penting yang harus dilakukan dalam Refleksi Sosial, yaitu Olah Pikir dan Olah Rasa sehingga pendalaman yang dilakukan melibatkan mental, rasa dan karsa. Olah pikir merupakan proses analisis kritis terhadap permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat, untuk membuka mekanisme-mekanisme yang selama ini sering tidak tergali dan tersembunyi di dalamnya. Analisa kritis terhadap permasalahan sosial sering juga disebut sebagai analisa sosial, artinya mencari secara kritis hubungan sebab akibat, sampai hal-hal yang paling dalam sehingga dapat ditemukan akar permasalahan Sosial yang sebenarnya. Setiap kondisi,baik itu eksternal maupun internal, harus ditelusuri dan kemudian dicari hubungan sebab akibatnya dalam suatu kerangka yang logis. Dalam hal ini setiap orang yang terlibat dalam refleksi belajar untuk berpikir analitis dan logis, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran kritis terhadap berbagai penyebab sosial yang berakar pada lunturnya nilai-nilai kemanusiaan

Olah rasa adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan perilaku mereka terhadap permasalahan Sosial. Upaya olah rasa lebih menyentuh ’hati’ masing-masing orang yang terlibat dalam proses refleksi untuk merenungkan apa yang telah diperbuat, dilakukan, sumbangan apa yang telah diberikan untuk melakukan upaya penanggulangan Sosial dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup masyarakat. Artinya dalam olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang berhubungan dengan nilai-nilai luhur manusia (memanusiakan manusia ). Diharapkan akan tumbuh kesadaran masing-masing bahwa manusia yang berdaya adalah manusia yang mampu menjalankan fitrahnya sebagai manusia, manusia yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu manusia yang mampu memberi dan mengabdikan kehidupannya untuk kesejahteraan umat manusia. Berdasarkan olah pikir dan olah rasa di atas, diharapkan cara pandang peserta yang terlibat dalam diskusi akan berubah dan berimplikasi pada:

a. Kesadaran bahwa seharusnya mereka tidak menjadi bagian yang menambah persoalan, tetapi merupakan bagian dari pemecahan masalah dengan cara berkehendak untuk memelihara nilai-nilai luhur kemanusiaan;

b. Tumbuhnya pemahaman bahwa sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur, merupakan awal dari tumbuhnya modal sosial, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pihak luar terhadap masyarakat setempat;

c. Tumbuhnya kesadaran untuk malakukan upaya perbaikan, yang dimulai dari diri sendiri;

d. Sehingga setiap anggota masyarakat seharusnya mampu untuk memberikan sumbangan (baik tenaga, waktu,pikiran, ruang bagi kelompok lain untuk berpartisipasi, berdemokrasi, dsb) untuk bersama-sama menanggulangi masalah Sosial (baca: untuk kesejahteraan masyarakat).

3. Pesos (Pemetaan Sosial)

Dalam proses identifikasi kebutuhan masyarakat, siklus lanjutan dari Refleksi Sosial adalah Pemetaan Sosial. Dalam siklus ini para peserta KKN dan masyarakat melakukan proses belajar untuk:

a. Menggali informasi, bagaimana kondisi nyata dari masalahmasalah yang dikemukakan dan dirumuskan pada saat refleksi sosial (sosial, ekonomi, lingkungan, kelembagaan, kepemimpinan)? Masalah-masalah tersebut harus didukung oleh data dan fakta, sehingga diperlukan proses penelitian untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan;

b. Mengkaji, informasi dan fakta yang sudah didapatkan dianalisa dan dikaji bersama. Proses ini merupakan analisa kritis terhadap berbagai kondisi yang ada berdasarkan informasi dan fakta tadi untuk dicari sebab akibatnya termasuk kelompok-kelompok yang terkena dampak dari masalah yang ada (kelompok sasaran).

Setiap informasi yang muncul dianalisa apakah hal tersebut merupakan masalah yang sebenarnya atau hanya merupakan gejala saja. Merumuskan masalah: Pada tahapan ini masalah yang sudah ditemukan dan disepakati bersama dikelompokkan (pengorganisasian masalah), kemudian dianalisa hubungan sebab akibatnya dengan kembali membuat pohon masalah seperti yang dilakukan dalam refleksi Sosial. Dengan demikian dalam melakukan analisa kritis akan terjadi proses refleksi yang berulang ulang. Artinya refleksi Sosial tidak hanya terjadi pada saat siklus yang pertama akan tetapi terus dilakukan dalam siklus Pemetaan swadaya.

Pada pelaksanaannya proses penggalian informasi, analisa masalah, dan perumusan masalah seringkali tidak berdiri sendirisendiri, akan tetapi merupakan proses yang dilaksanakan sekaligus. Metode dan teknik yang dikembangkan untuk Pemetaan Swadaya merupakan metode yang lebih menekankan pada proses diskusi masyarakat. Alat kajian (tools) yang dikembangkan adalah alat untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses penggalian informasi, analisa dan perumusan masalah/kebutuhan, sehingga melalui proses tersebut sebetulnya masyarakat yang terlibat menjadi peneliti bagi dirinya dan kehidupan lingkungannya sendiri.

Dengan terlibat dalam proses Pemetaan Swadaya masyarakat diharapkan mampu untuk:

a. Memahami persoalan nyata mereka sendiri yang berdasarkan kepada fakta dan informasi yang ada, sehingga yang mereka rumuskan bukan daftar keinginan tetapi daftar kebutuhan, masalah dan potensi yang bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka penanggulangan Sosial.

b. Pemecahan masalah (pemenuhan kebutuhan) tidak didasarkan kepada kehendak dan sematamata bantuan ’orang luar’ akan tetapi lebih banyak mengutamakan kemampuan sumberdaya dan swadaya masyarakat.

c. Bagi ’orang dalam’ (masyarakat) kegiatan ini menjadi proses belajar dan penyadaran tentang keadaan kehidupan dan lingkungan yang mereka hadapi, sehingga diharapkan terjadi pemahaman terhadap kondisi warga di lingkungannya (mengapa si A miskin, bagaimana kondisi si B , dsb ). Penyadaran ini merupakan renungan terhadap permasalah dirinya dan orang lain di lingkungannya sehingga diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga sekitar dan mencari jalan keluar dari keadaankeadaan yang dianggap mengganggu (masalah).

d. Bagi ’orang luar’ (DPL dan peserta KKN). Kegiatan ini merupakan proses belajar dan ’penyadaran’ dalam memahami keadaan masyarakat serta cara pandang dan nilai-nilai masyarakat yang mempengaruhi kehidupan mereka. Proses belajar ini juga akan menimbulkan dukungan masyarakat terhadap program yang didampinginya, apabila benar-benar berdasarkan kebutuhankebutuhan masyarakat, serta program kemudian dikembangkan oleh masyarakat sendiri. Guna memvisualisasi dan memudahkan analisis pemetaan, “orang luar” dan “orang dalam” dapat bersama-sama menggunkan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Village History Vilage History atau sejarah desa/ kawasan merupakan kajian suatu keadaan dari waktu ke waktu meliputui manusia, sumber daya alam, lingkungan keadaan ekonomi budaya, social politik dan keadaan penting masa lalu. Mahasiswa belajar bersamamasyarakat untuk mengetahui sejarah Desa Baru dua sekaligus perkembangan keagamaan masyarakat Desa Barudua.

b. Trends Analysis Analisis kecenderungan dan perubahan adalah penilaian interval waktu tertentu dalam lima tahunan, sepuluh tahunan atau lebih. Informasi yang diperoleh adalah jenis-jenis perubahaan keadaan masyarakat yang paling menonjol dan yang paling berpengaruh terhadap keadaan masa kini, kepada manusianya, sumberdaya alamnya, sosial budaya politik dan ekonomi kawasan, serta kecenderungan kedepannya.

c. Seasonal Calender Kalender musiman dimaksud untuk menganalisis interval musiman, untuk mengkaji pola kegiatan musiman masyarakat. Mahasiswa dapat belajar bersama msyarakat untuk mengetahui musim tanam pertanian.

d. Daily Lifes Kegiatan harian adalah bentuk analisis dengan variabel yang diperhatikan dalam hal ruang/wilayah kampung, atau kawasan ekosistem tertentu. Informasi yang diperoleh berupa pola kegiatan keluarga dan pembagian tugas antara ayah dan ibu sebagai gambaran kehidupan suatu keluarga dan pembagian peran gender yang berlaku didalamnya. Mahasiswa belajar bersama masyarakat untuk mengetahui kegiatan harian masyarakat Desa barudua mulai bangun hingga tidur lagi.

e. Village Map Analisis Sketsa desa kawasan mengandung variabel ruang/wilayah atau kawasan ekosisitem tertentu. Informasi yang didapat berupa hubungan antar manusia, kegiatan ekonomi, sosial budaya politik serta nilai hidup masyarakat yang berkait dengan alam lingkungannya. Mahasiswa belajar bersama masyarakat untuk mengetahui peta wilayah, peta masalah dan kebutuhan serta peta potensi masyarakat Desa Barudua termasuk potensi bidang pendidikan, agama dan ekonomi.

f. Transect Penelusuran wilayah dilakukan untuk mendapatkan variable yang hampir sama dengan bulir 5 tetapi dilakukan untuk membahas wilayah atau kawasan ekosistem. Informasi yang diperoleh adalah dalam bentuk topografi dan kondisi alam lingkungan seperti vegetasi yang terdapat di lokasi.

g. Farm Sketch Sketsa kebun merupakan analisis untuk mengamati/ mengkaji kebun dan lahan pertanian masyarakat. Jenis informasi yang diperoleh berupa cara pengelolaan kebun (halaman), produktivitas, pemanfaatan lahan, pendapatan pendapatan pembagian kerja dsb. Mahasiswa belajar bersama masyarakat untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat bercocok tanam pada lahan-lahan pertanian.

h. Diagram Venn Diagram Venn merupakan teknik yang bermanfaat untuk melihat hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di desa (dan lingkungannya). Diagram venn memfasilitasi diskusi masyarakat untuk mengidentifikasi pihak-pihak apa berada di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat dan manfaat untuk masyarakat. Lembaga yang dikaji meliputi lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga swasta (termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat). Diagram Venn bisa sangat umum atau topikal; mengenai lembaga-lembaga tertentu saja, misalnya yang kegiatannya berhubungan dengan penyuluhan pertanian saja, kesehatan saja atau pengairan saja.

i. Linkage Diagram Analisis membangun alur dilakukan untuk mengkaji suatu system tertentu dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang system/subsistem yang bekerja dalam masyarakat seperti: alur produksi, pemasaran, pengelolaan air, system irigasi, drainase dsb. j. Livelihood Analysis Kajian mata pencaharian merupakan analisis untuk membuat urutan-urutan jenis mata pencaharian, mulai dari tingkat yang paling utama yang dilakukan. Informasi yang didapat berupa pola kegiatan ekonomi (mata pencaharian), keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan pengelolaan sumberdaya alam, tingkat pendapatan dan potensi pengembangan usaha dan rutinitas ritual ibadah.

4. Orgamas (Pengorganisasian Masyarakat)

Siklus ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap adanya organisasi masyarakat warga yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang dimotori oleh pemimpin yang mempunyai kriteria yang sudah ditetapkan oleh masyarakat sebagai jawaban dari hasil analisa kelembagaan dan refleksi kepemimpinan yang sudah dilaksanakan dalam siklus Pemetaan Sosial. Organisasi masyarakat warga yang dibangun bisa bersifat organik berbentuk paguyuban atau perhimpunan atau memanfaatkan organisasi atau lembaga yang sudah ada di masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna dll selama dalam organisasi tersebut mempunyai ciri-ciri:

a. Adanya kesetaraan dimana komunitas terbentuk sebagai himpunan warga yang setara di suatu kelurahan.

b. Setiap anggota atau warga berhimpun secara proaktif, yaitu telah mempertimbangkan berbagai aspek sebelum bertindak, karena adanya ikatan kesamaan (commond bond ), seperti kepentingan, persoalan, tujuan, dsb

c. Tiap anggota atau warga berhimpun secara sukarela, bukan karena terpaksa;

d. Membangun semangat saling percaya;

e. Bekerjasama dalam kemitraan;

f. Secara damai memperjuangkan berbagai hal, termasuk dalam hal ini menanggulangi masalah-masalah sosial;

g. Selalu menghargai keragaman dan dan hak azasi manusia sebagai dasar membangun sinergi;

h. Menjunjung nilai-nilai demokrasi dalam setiap keputusan yang diambil dan secara intensif melakukan musyawarah;

i. Selalu mempertahankan otonomi atau kemerdekaan dari bebagai pengaruh kepentingan;

j. Mampu bekerja secara mandiri;

Organisasi ini diharapkan menjadi motor penggerak bagi masyarakat yang kemudian membentuk kelompok-kelompok kerja (Pokja) ditingkat basis/RT/Komunitas sebagai pelaksana kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pokja sebagai representasi kelompok swadaya masyarakat adalah kelompok sosial pada tingkat akar rumput, yang mempunyai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.

Dalam KKN Sisdamas diharapkan warga dapat terlibat dan menerima manfaat dari kelompok ini, dengan cara menjadi anggotanya dan diperlakukan adil seperti anggota masyarakat yang lainnya. Pengembangan Pokja sebagai tim teknis orgamas tidak harus membentuk baru, tetapi bisa menggunakan kelompok-kelompok sosial yang sudah ada di masyarakat asalkan warga mempunyai peluang untuk terlibat di dalam kelompok, dan penerima manfaat langsung (bantuan program) diprioritaskan warga miskin dan marginal (mustadh’afiin). Oleh karena itu hasil identifikasi kelompok sosial, hubungan sosial, modal sosial dan hasil kajian ekonomi dan lingkungan dalam siklus pemetaan sosial menjadi dasar untuk pengelompokkan masyarakat, terutama bagaimana strategi agar warga terlibat.

Kegiatan-kegiatan dalam satu kelompok bisa gabungan antara kegiatan ekonomi, kegiatan sosial maupun kegiatan lingkungan. Contoh-contoh kegiatan yang dapat dikembangkan adalah: pembentukan koperasi atau Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dengan kegiatan simpan-pinjam anggota kelompok, bantuan pinjaman modal usaha untuk anggota kelompok tidak mampu, kartu sehat, tabungan pendidikan dan sebagainya. Paling penting adalah bahwa kelompok ini dibentuk atau dikembangkan bukan untuk menjadi pembenaran untuk mendapatkan bantuan uang dari pihak lain, akan tetapi menjadi wahana bersama untuk saling belajar memecahkan masalah, saling peduli dan menghargai di antara anggotanya dan kalau sudah semakin berkembang dapat menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak luar.

5. Cantif (Perencanaan Partisipatif)

Dokumen perencanaan partisipatif (dorantif) merupakan perencaan partisipatif warga untuk mengembangkan program penanggulangan Sosial, baik jangka pendek selama satu tahun maupun jangka menengah selama 3 tahun. Program yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian masalah (kebutuhan) dan analisa potensi dalam Pemetaan Sosial secara swadaya.

Walaupun siklus ini merupakan siklus lanjutan dari pemetaan sosial akan tetapi pelaksanaannya setelah pengorganisasian masyarakat dan pengembangan Pokja. Kegiatan ini dillakukan belakangan, dengan dasar pemikiran bahwa pengurus organisasilah yang akan mengambil keputusan untuk pengembangan programprogram mana dari kebutuhan masyarakat yang menjadi prioritas untuk dikembangkan.

Di sisi lain penerima manfaat dari program ini diprioritaskan pada kantung masalah yang sudah diidentifikasi dalam pemetaan swadaya, dan tergabung dalam Pokja, sehingga Pokja dibentuk bukan karena adanya KKN Sisdamas tetapi justru sebaliknya penerima manfaat program didasarkan kepada Pokja yang sudah ada misalnya Pokja yang didaulat akan melaksanakan kegiatan adalah Pokja Mekar Jaya yang sebelumnya nama kelompok tani di Desa Mutiara Terpendam.

Dalam pengembangan dorantif, sumberdaya baik manusia maupun sumberdaya lainnya diharapkan bukan hanya dari masyarakat, akan tetapi harus dipikirkan pemenuhannya dari kerjasama dengan pengusaha/ swasta dan dinas/pemerintah setempat dan lembaga-lembaga lain yang mempunyai program yang sejalan dengan dorantif yang disusun oleh masyarakat. Lebih baik lagi apabila dorantif dikomparasikan dengan dokumen musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Bahkan akan jauh lebih baik apabila dorantif hasil KKN Sisdamas menjadi rujukan utama musrenbang. Pada gilirannya, setelah satu tahun program berjalan, dilakukan evaluasi tahunan untuk melihat dan mengkaji kembali apakah program yang dikembangkan sudah tepat tujuan dan tepat sasaran dan bagaimana hasilnya. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperbaharui data-data yang ada, sehingga kesalahankesalahan akan segera dapat ditemukan dan dapat diperbaiki. Berdasarkan hasil evaluasi kemudian dilakukan perbaikanperbaikan program apabila diperlukan.

6. Sipro (Sinergi Program)

Hasil perencanaan partisipatif ditentukan prioritas program kegiatan yang disepakati bersama oleh seluruh stakeholder di desa lokasi KKN melalui semacam forum rapat paripurna. Rapat tersebut seyogyanya difasilitasi oleh organisasi masyarakat yang disepakati melalui pendampingan peserta KKN dan DPL.

Pada forum itu hadir aparatur desa, ( Kades, LPMD, BPD dll) tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda. Kemudian forum tersebut membahas sinergi program yang memungkinkan kegiatan tersebut dapat masuk pada agenda musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbangdes) pada setiap bulan Januari dan atau memungkinkan dapat melakukan chaneling dengan pihak-pihak swasta atau pengusaha yang ada disekitar desa tersebut. Selain itu, forum tersebutpun menetapkan angka partisipasi swadaya masyarakat baik dalam bentuk tenaga, bahan material atau uang tunai yang dikapitalisasi. Kemudian tim yang ditunjuk sebagai penanggung jawab menyusun proposal kegiatan dengan angka yang riil dari hasil prioritas program dengan proses pendampingan oleh peserta KKN sebagaimana format terlampir.

7. Pepro (Pelaksanaan Program)

Pada tahap ini semua pihak terlibat dalam kegiatan pelaksanaan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing panitia. Relawan diarahkan oleh pokja untuk mengisi pos-pos seksi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam bentuk sikap gotong royong, jujur, peduli, tanggungjawab dan sebagainya diimplementasikan bersama pada tahap ini. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi baik secara lisan dan tulisan.

Secara lisan dapat dilakukan secara face to face atau melalui pengumuman pengeras suara milik masyarakat seperti dari masjid atau mushola dengan oleh tokoh masyarakat dan atas persetujuan bersama. Secara tulisan dapat berbentuk surat, leaflet atau spanduk, papan proyek dll. Tahap berikutnya pelaksanaan program perlu diatur ritme keterlibatan partisipan apabila waktu yang dibutuhkan lebih dari satu hari. Pojka dapat membuat jadwal relawan yang akan turut mengikuti kegiatan.

Selain itu setiap sumbangan tambahan secara spontan dari warga dalam bentuk harus tercatat pada pembukuan pokja untuk dikapitalisasi dan bahan laporan. Sebagai manifestasi tridharma perguruan tinggi, peserta KKN dan DPL seyogyanya terlibat sebagai relawan dan bukan sebagai pelaku utama pada pelaksanaan program serta berusaha mendokumentasikan perilaku masyarakat pada proses dan hasil pelaksanaan program berlangsung.

8. Monev (Monitoring Evaluasi) 

Pada tahapan ini, organisasi masyarakat memfasilitasi pertemuan warga bersama pemerintahan desa untuk membentuk tim Monev. Kemudian tim melakukan tugas monitoring dan evaluasi dengan mengecek kembali hasil pelaksanaan program disesuaikan dengan rencana yang terdapat dalam proposal. Hasil temuan monev direkomendasikan kepada organisasi masyarakat untuk bahan tindak lanjut pada program tahun berikutnya. Setelah dipandang selesai tim monev menerbitkan Berita Acara yang menerangkan bahwa pelaksanaan program telah dilaksanakan. Kemudian organisasi masyarakat membubarkan Pokja dan dan tim monev serta membentuk organisasi pemelihara seperti untuk menjaga keberlanjutan program tersebut.